Mataram, 21/5 (Antara) -
Mahasiswa dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Majelis Penyelematan Organisasi
(MPO) Mataram bentrok fisik dengan aparat kepolisian, saat berunjuk rasa
menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di DPRD Provinsi Nusa Tenggara
Barat (NTB), Selasa siang.
Akibat bentrokan fisik itu, lima mahasiswa luka-luka dan seorang anggota polisi menderita luka di wajahnya.
Akibat bentrokan fisik itu, lima mahasiswa luka-luka dan seorang anggota polisi menderita luka di wajahnya.
Bentrokan fisik itu bermula dari keinginan kelompok
pengunjuk rasa yang hanya belasan orang itu hendak menyerbu masuk gedung DPRD
NTB, namun dihadang barisan aparat kepolisian.
Terjadilah aksi saling dorong, hingga salah seorang pengunjuk rasa melayangkan pukulan ke wajah anggota polisi, kemudian dibalas dengan pukulan bertubi-tubi sejumlah anggota polisi.
Beberapa mahasiswa mencoba bertahan namun dikepung aparat kepolisian berseragam, dan sejumlah mahasiswa lainnya berupaya kabur dari lokasi unjuk rasa namun dikejar oleh aparat kepolisian.
Polisi kemudian mencokol dua orang mahasiswa pengunjuk rasa untuk diamankan, karena terlibat langsung dalam bentrokan fisik itu.
Dalam bentrokan fisik itu, atribut HMI-MPO Mataram seperti bendera dan alat pengeras suara rusak.
Setelah ketegangan mereda, Kapolsek Mataram Kompol Yunus Juliadi berupaya menenangkan kelompok mahasiswa sekaligus menasehati agar dalam berunjuk rasa tidak boleh bertindak anarkis.
"Sejak tadi sebelum masuk kawasan DPRD NTB ini sudah kami ingatkan, silahkan berunjuk rasa guna menyampaikan aspirasi namun tidak disertai tindakan anarkis. Makanya jadi begini (bentrok fisik)," ujarnya kepada beberapa mahasiswa pengunjuk rasa yang tidak sempat kabur dari lokasi unjuk rasa saat bentrokan fisik terjadi.
Meskipun sempat babak belur dipukul anggota polisi, sejumlah mahasiswa pengunjuk rasa itu malah terus berorasi dan membesar-besarkan tindakan represif aparat kepolisian yang menciderai lima orang pengunjuk rasa itu.
Bahkan, koordinator umum aksi massa Dedy Hermansyah sempat nekat akan menemui perwakilan DPRD NTB guna menyampaikan aspirasi penolakan kenaikan harga BBM yang diketahui kelompok mahasiswa itu akan diberlakukan mulai Juni 2013.
Namun, Dedy dan rekan-rekannya akhirnya memilih meninggalkan lokasi unjuk rasa, setelah menjemput dua orang rekannya yang sempat ditangkap polisi.
"Kami datang ke DPRD NTB untuk menyampaikan aspirasi, tetapi polisi bertindak represif sehingga lima orang teman kami luka-luka di wajahnya. Ini tidak benar, dan kami akan permasalahkannya," ujar Dedy kepada wartawan sesaat sebelum meninggalkan kompleks DPRD NTB.
Kepada wartawan Kompol Yunus mengatakan, pihaknya mempersilahkan kelompok mahasiswa pengunjuk rasa itu untuk menyikapi bentrokan fisik itu.
"Silahkan kalau keberatan, ada jalur hukum. Kami fasilitasi mereka tapi malah anarkis, jadinya begitu (bentrok fisik)," ujar Yunus.[]
SUMBER BERITA: https://mataram.antaranews.com/berita/24603/mahasiswa-polisi-mataram-bentrok-dalam-unjuk-rasa
http://kbr.id/berita/05-2013/tolak_kenaikan_bbm__5_mahasiswa_mataram_dipukul_aparat/62458.html
.
Terjadilah aksi saling dorong, hingga salah seorang pengunjuk rasa melayangkan pukulan ke wajah anggota polisi, kemudian dibalas dengan pukulan bertubi-tubi sejumlah anggota polisi.
Beberapa mahasiswa mencoba bertahan namun dikepung aparat kepolisian berseragam, dan sejumlah mahasiswa lainnya berupaya kabur dari lokasi unjuk rasa namun dikejar oleh aparat kepolisian.
Polisi kemudian mencokol dua orang mahasiswa pengunjuk rasa untuk diamankan, karena terlibat langsung dalam bentrokan fisik itu.
Dalam bentrokan fisik itu, atribut HMI-MPO Mataram seperti bendera dan alat pengeras suara rusak.
Setelah ketegangan mereda, Kapolsek Mataram Kompol Yunus Juliadi berupaya menenangkan kelompok mahasiswa sekaligus menasehati agar dalam berunjuk rasa tidak boleh bertindak anarkis.
"Sejak tadi sebelum masuk kawasan DPRD NTB ini sudah kami ingatkan, silahkan berunjuk rasa guna menyampaikan aspirasi namun tidak disertai tindakan anarkis. Makanya jadi begini (bentrok fisik)," ujarnya kepada beberapa mahasiswa pengunjuk rasa yang tidak sempat kabur dari lokasi unjuk rasa saat bentrokan fisik terjadi.
Meskipun sempat babak belur dipukul anggota polisi, sejumlah mahasiswa pengunjuk rasa itu malah terus berorasi dan membesar-besarkan tindakan represif aparat kepolisian yang menciderai lima orang pengunjuk rasa itu.
Bahkan, koordinator umum aksi massa Dedy Hermansyah sempat nekat akan menemui perwakilan DPRD NTB guna menyampaikan aspirasi penolakan kenaikan harga BBM yang diketahui kelompok mahasiswa itu akan diberlakukan mulai Juni 2013.
Namun, Dedy dan rekan-rekannya akhirnya memilih meninggalkan lokasi unjuk rasa, setelah menjemput dua orang rekannya yang sempat ditangkap polisi.
"Kami datang ke DPRD NTB untuk menyampaikan aspirasi, tetapi polisi bertindak represif sehingga lima orang teman kami luka-luka di wajahnya. Ini tidak benar, dan kami akan permasalahkannya," ujar Dedy kepada wartawan sesaat sebelum meninggalkan kompleks DPRD NTB.
Kepada wartawan Kompol Yunus mengatakan, pihaknya mempersilahkan kelompok mahasiswa pengunjuk rasa itu untuk menyikapi bentrokan fisik itu.
"Silahkan kalau keberatan, ada jalur hukum. Kami fasilitasi mereka tapi malah anarkis, jadinya begitu (bentrok fisik)," ujar Yunus.[]
SUMBER BERITA: https://mataram.antaranews.com/berita/24603/mahasiswa-polisi-mataram-bentrok-dalam-unjuk-rasa
http://kbr.id/berita/05-2013/tolak_kenaikan_bbm__5_mahasiswa_mataram_dipukul_aparat/62458.html
.
0 Komentar